Blogger Backgrounds

Monday, July 25, 2011

Sulitnya Menilai Diri Sendiri


Sahabat,

Luqman al-Hakim mengajarkan kepada anaknya sekelumit pelajaran yang sangat berharga.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, pada suatu hari Luqman Hakim berjalan menuju pasar dengan menaiki seekor keledai, sedangkan anaknya berjalan dibelakanngnya. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, ‘Lihat itu orang tua yang tidak mempunyai timbang rasa, anaknya dibiarkan berjalan kaki sedangkan dirinya menunggang keledai.” Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh anak itu kurang adab terhadap orang tua.”

Mendengarkan perkataan orang-orang itu, lantas Luqman pun ikut naik menunggangi keledai bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, “Lihat itu dua orang menaiki seekor keledai yang kecil, sungguh telah menyiksa keledai itu.” Oleh karena mendengar perkataan orang tadi, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikenderaim sungguh orang yang bodoh.”

Dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al Hakim menasihati anaknya tentang sikap manusia dan penilaian-penilaian mereka, katanya “Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap perkara yang dilakukannya.”

Sahabat,

Sekelumit kisah tersebut telah memberikan pelajaran bagi kita bahwa adalah sifat manusia yang dengan begitu mudahnya memberikan penilaian kepada orang lain. Seringkali menilai orang lain dengan standar apa yang ada pada diri kita. Kita dengan mudah mengatakan si-”A” sombong, angkuh, pelit, dan segudang penilaian lainnya. Na’udzubillah. Ternyata lisan kita ini lebih mudah untuk menilai orang.

Menilai orang pada dasarnya sah-sah saja dilakukan dalam bingkai ukhuwah dan silahturahmi yang dilandasi kecintaanya kepada Allah SWT. Menilai orang diatas kebencian hanya akan menelorkan umpatan, sindiran, ghibah, bahkan namimah (hasutan). Menilai orang dengan standar pada diri kita boleh jadi salah dan bisa jadi ada benarnya. Menilai orang akan sangat baik jika didasarkan pada standar yang telah ditetapkan oleh Al-Haq, dimana tidak kebenaran selain dari Tuhan Semesta Alam. Akan menjadi lebih baik jika penilaian tersebut disampaikan langsung kepada orang menjadi obyek penilaian. Namun, seringkali justru kita menyampaikan penilaian kita ini kepada teman kita, kemudian teman tadi menyampaikan kepada temannya lagi, demikian seterusnya dengan maksud agar disampaikan kepada orang yang dinilai tadi. Al-hasil, yang terjadi adalah ghibah atau berujung pada namimah.

Dalam memberikan penilaian kita kepada orang lain, lebih sering kita lakukan tanpa bertanya langsung kepada orang tersebut tentang mengapa ia bersikap demikian. Dalam teori plausability atau degree of belief, kita perlu mengumpulkan data dengan nilai variance yang sekecil mungkin atau memiliki standard error yang minimal agar diperoleh hasil analisis dan decision yang acredited. Untuk itu mengumpulkan data primer, dari orang yang bersangkutan, akan sangat baik agar tidak terjadi bias analisis yang sangat besar. Teori ini sebenarnya sederhana, agar kita berhati-hati dalam memberikan penilaian kepada orang lain. Apa yang kita rasa, apa yang terllihat, apa yang terdengar oleh kita atas orang lain bisa jadi salah walaupun ada benarnya.

Sahabat,

Menjaga hati, menjauhkan dari yang tidak berguna, bertafakur, berdzikir, akan lebih baik bagi kita daripada memberikan penilaian A, B, C, D dst kepada si-”A”, “B”, dst. Menghisab diri sendiri tentunya lebih mulia untuk menjaga diri yang dhaif ini. Marilah kita terus berprasangka baik, berpikir positif dan berapresiasi positif kepada orang lain. Karena kita sendiri tidak tahu apa yang ada pada benak orang tersebut. Jagalah hati jangan kau nodai …

Sumber bacaan: http://muntohar.wordpress.com

No comments: